Idzni Inside

Just a little thing of my life

Alay dan Musik Melayu

Alay. Anak Layangan. Istilah ini lagi nge-tren nih jaman sekarang. Kalo kamu pake baju yang item semua, terus rada buluk, pake celana yang meruncing alias pensil, nah, nggak usah heran kalo banyak orang (remaja-remaja sih kebanyakan) yang nyebut kamu ”alay”.
Ih alay ihiw...

Anak Layangan. Alay. Yaah... kalo diliat dari ciri-cirinya (kalian tau laah), sebenernya aku juga nggak terlalu suka sama anak-anak kaya gitu. Tapi yang mengusik pikiran aku itu adalah... lagu-lagu melayu.

Ada apa dengan lagu-lagu melayu? Ya... dari sekian banyak ciri-ciri alay itu, salah satunya, yang ditaruh di urutan pertama penulisan ciri-ciri alay itu adalah ”suka lagu-lagu melayu”. Hey, hallooo~... lagu-lagu melayu katamu?

Sekarang ini lagi gencar-gencarnya media-media massa masang iklan “Stop Global Warming” dan “Cintailah Produk-Produk Indonesia”. Cintailah produk-produk Indonesia… Lagu melayu juga masuk ke dalam daftar produk-produk Indonesia kan?

Nah, kalau begitu, kalau kalian membenci alay, yang di dalamnya terdapat orang-orang yang menyukai lagu-lagu melayu, berarti kalian juga benci lagu-lagu melayu, begitu? Memang apa yang salah dari lagu melayu?

ST12, Kangen Band, Hijau Daun dan lain-lain. Ya. Mereka menganut aliran musik Melayu. Musik yang mendayu-dayu dan penuh cengkok yang khas. Di awal kemunculannya, banyak sekali orang-orang yang kontra dengan mengatakan bahwa musik mereka jelek lah, nggak pantes buat masuk dapur rekaman lah, nggak berseni lah, ya banyak deh. Sedangkan jenis musik yang diusung mereka adalah musik Melayu. Musik Melayu! Salah satu kebudayaan negeri kita sendiri!

Aku sebenernya nggak pro dan nggak kontra mengenai bagus tidaknya band-band tersebut. Biasa saja. Musik mereka easy listening memang. Dan lirik lagunya... tidak terlalu bagus. Biasa saja. Menyukai dan tidak menyukai sesuatu memang merupakan hal yang wajar. Tapi hal ini –musik Melayu dan ”alay-isme”- sedikit banyak menyentil telinga saya di saat kata-kata ”cintailah produk-produk Indonesia” sedang gencar dipublikasikan.

:::

Nyampe ya, maksudnya? Menurut aku, nggak usah lah kita menjauhi dan mengolok-olok orang-orang yang menyukai musik Melayu. Itu bukan hal yang salah kan, menyukai? Dan karena musik Melayu juga merupakan kebudayaan Indonesia, aku menekankan kata JANGAN disini. Jangan membenci musik Melayu. Bersikaplah biasa saja.

(Tapi mengenai ciri-ciri alay yang lain, yang nulisnya pake huruf gede kecil, itu sih aku juga agak geli ngeliatnya :), tapi sekali lagi, bersikaplah biasa saja hehehe)

Apalah

Aku nggak tau apa yang terjadi sama diriku sekarang, tapi aku merasa sangat terganggu karena perubahan itu.

Sejak kapan aku menjadi orang yang mudah sekali terpancing emosinya? Sejak kapan kata-kata yang menusuk hati itu sering sekali keluar melalui mulut dan tulisanku?

Ada yang bisa menjelaskan padaku kenapa semua ini terjadi? Apakah ini normal-normal saja? Apakah semua remaja melalui suatu tahapan seperti ini?

Setiap kali ”monster”ku itu menunjukkan taringnya ke orang banyak, aku pasti akan langsung menyesalinya. Tapi aku tau rasa sesal saja tidak akan cukup bagi orang yang tersakiti. Maaf pun tak cukup.

Egoku sangat tinggi sampai aku merasa aku tak pantas untuk jabatan apa pun, tak pantas untuk tanggung jawab apa pun. Aku merasa gagal menjadi seseorang yang menyimpan seekor monster dalam hatinya, aku tak bisa mengikatnya dan menjaganya.

Aku merasa amat sangat berdosa telah melukai hati banyak orang. Satu, dua... tak terhitung. Setiap kali aku bertemu seseorang, baik secara langsung mau pun tidak langsung, pasti walau pun sedikit aku menyakiti hati mereka. Bahkan rasanya aku ingin membekap mulutku sendiri, mengikat tanganku sendiri, agar tak ada yang terluka lagi.

Jadi salahkah bila aku memutuskan untuk menjadi pendiam? Bila bercakap-cakap seperti orang kebanyakan bisa membuat orang lain sakit hati, bukankah lebih baik aku diam saja? Tapi jalan yang kuambil itu menurut orang lain merupakan kekuranganku. Aku kurang aktif, katanya. Siapa yang mau untuk jadi pasif? Mungkin orang lain mau tapi aku tidak. Apakah orang yang aktif harus selalu ceriwis, harus selalu berbasa-basi dan tertawa-tawa meski tak ada yang lucu? Tidak bolehkah orang yang aktif itu menjadi pendiam?

Semua yang kutulis hanya pertanyaan. Aku bingung. Aku tidak tahu harus bersikap bagaimana. Jika meminta pengertian sudah sering kali kuucapkan, sekarang aku tak mau memohon untuk segelas pengertian. Aku hanya ingin perubahan.

Tapi aku tak tahu bagaimana caranya.

Si Biru Jelek

And the result had come.

Rank 4 di kelas dan 34 se-angkatan.

Man~… buruk banget kinerja aku semester ini. Nilai UAS aku sih lumayan, yang bikin buruk itu nilai tugas. Sumpah aku mualessss banget ngerjain tugas. Kalo diinget-inget lagi jadi nyesel. Rasanya ada tangan-tangan gaib yang selalu narik aku ke kasur buat tidur setiap kali ada tugas numpuk di meja. Hahaha...

Bagi rapotnya kemaren, tanggal 24 Desember 2009. Hari yang bersejarah buat aku, karena hari itu hari pertama (dan terakhir!) aku ngabisin 13 ribu buat hal-hal yang nggak berguna sama sekali. Apa aja sih? Sebenernya agak males juga ngerekapnya, tapi hayolah.

Hmm... pertama, Rp 1500,- buat naik angkot D03 ke sekolah. And the disaster began. Pas nyampe di smansa, aku shock (mungkin agak berlebihan, tapi begitulah kenyataannya: aku shock, S.H.O.C.K) pas dikasih tau ortu hasil rapot yang segitu. Si biru jelek itu (baca: rapot) sukses banget bikin aku linglung sepanjang hari.

Setelah tau hasil belajarku itu, aku langsung ke Leader Kids, nge-recycle buku (ngembaliin, baca, minjem lagi) sekalian nungguin Zahra dateng. Zetzetzet... selesai baca (Rp 6500,-), langsung berniat untuk naik angkot S16. Ngapain naik angkot gituan? Mau ke rumah Adzhani. Ya, aku mau maen, janjian sama Ale. Tapi Ale-nya masih di sekolahnya rapat Rohis. Ya udah otakku menyuruhku naik angkot itu bareng Zahra.

Naik angkot S16 lewat jalur wadas karena jalanan masih dicor, makan ongkos Rp 2000,-. Terus aku jalan ke rumah Adzhani. Jalan... jalan... terus *ting!* aku mikir. Ngapain ya, aku ke rumah Adzhani sekarang? Maen? Adzhani-nya kan lagi ngambil rapot. Terus ntar aku mau ngapain? Cengo? ...

AKU LAGI NGAPAIN INI? Aku dimana? Kenapa aku disini? (Apakah aku cantik? J) ... Aku sedikit memperlambat langkahku. Hmm... *ting!* ah, pikiran-pikiran yang tadi hilang gitu aja, dan aku ngelanjutin perjalanan ke rumah Adzhani. Dapat disimpulkan bahwa sepanjang perjalanan kaki ke rumah Adzhani aku melamun. Ya, bengong kaya orang bodoh.

Seperti yang tadi dipikirkan, Adzhani-nya masih di NR ngambil rapot. Ya udah, setelah senyum-senyum sama adiknya Adzhani, aku balik lagi. Jalan lagi keluar, lewat jalan yang tadi. Dan ngelamun lagi. Aku mau pulang aja... Eh, tapi aku haus ini. Mau jajan aja dulu deh.

Lalu aku jajan dimana ya, ... kalo nggak Indomaret ya Alfamart. Tau lah lupa. Harga minumannya Rp 3800,-. Teng teng, pas keluar dari toko itu, brrrt brrrt... handphone aku bergetar. Ada SMS nih. Aku buka. Dari Onca.

”Ni, Jani lagi di nr. Ga tau baliknya kapan. Kalo mau ke nr, dateng aja.”

Lagi-lagi otakku berdesing tanpa hatiku perintahkan. Ya, aku mau ke NR aja. Akhirnya aku naik angkot 110. Sialnya, angkot itu nggak lewat jalan biasa, yang kalo lurus... aja dia nyampe ke sepan NR dengan mudah. Si angkot 110-biru jelek itu lewat wadas, yang berarti untuk mencpai NR aku harus naik angkot D03 sekali lagi. Hah... ya sudahlah...

Sambil minum jus leci yang tadi dibeli, aku mikir lagi. Aku dimana? Ngapain aku naik angkot ini? Laah... ini kan jalanan yang tadi aku lewatin juga. Aku ke wadas lagi ini? Ahh...

Cting, keluarlah uang Rp 1500,- dari dompet biruku. Lalu aku jalan ke ujung Gang Haji Rasidi. Naik angkot D03 deh. Ctung, keluar lagi Rp 1000.

Pas nyampe di NR, ga tau lah mau ngomong apa. Tadi si Onca bilang ga tau kapan mau pulang, lah ini pas aku nyampe dia pulang. Dan Adzhani juga demikian. Maka, tinggallah Idzni, Lube, Adel, Odah dan Bela ga tau mau ngapain. Aku dongkol dalem hati.

Ternyata si Lube mau ke rumah Adzhani juga. Ya udah aku ikut naik motor dia. Pas nyampe ruma Adzhani (lagi), aku langsung makan sama Adzhani dan Lube. Aneh banget ini. Ternyata di rumah Adzhani aku cuma makan doang. Sisanya ya baca komik, ngobrol-ngobrol kaya biasa, nothing special. Terus Ale dateng, dan kita terus baca komik sampe selesai Ashar.

Hari apaan tuh. Nggak fokus. Waktu naik motor pas pulang aja aku nggak bisa fokus. Haha... dasar biru jelek!

The Name I Loved Translation - Onew SHINee

Both hands trembles... as I remembered the cold memories of love
Now it is getting weirder
I don't wish to reject you, but I just know that...

No matter how close we are
I know that I can't love you anymore
I can't miss you... Waiting for you makes me tired
I can't endure anymore, and I can't realize it

The name I loved once in this life
Has becoming further and further away from me
I am writing your name on a paper, and forever kept it in my heart
From that day I only realized that I will only loved you forever
Love that can't be together can also be known as LOVE

I cant handle the love memories and feelings alone
I can't start this, I can only miss you secretly in my heart
My heart only left your body fragrance that I missed and always loved

The name I loved once in this life
Has becoming further and further away from me
I am writing your name on a paper, and forever kept it in my heart
From that day I only realized that I will only loved you forever
Love that can't be together can also be known as LOVE

Thousands of times remembering the first time our eyes met
And stolen an edge of my heart without noticing

The name I loved once in this life
Has becoming further and further away from me
I am writing your name on a paper, and forever kept it in my heart
From that day I only realized that I will only loved you forever
Love that can't be together can also be known as LOVE

Walau pun maksud lagu ini aku udah nggak ngerasain lagi, yaa maksudnya itu dulu lah... udah lewat. Tapi ini lagu berarti banget ya. Apalagi Onew yang nyanyiin... kyaa sunguh amat sangat berarti deh jadinya hohohoho...

Untuk seseorang yang telah menjadikan lagu ini mengena di hatiku, terimakasih atas satu tahun yang telah kamu berikan untukku. Sakit satu tahun itu. :D

Kesimpulan (Sepihak) tentang Diriku


I must pretend to be okay, although I am very bad, I am very sad, I am very hurt.


Aku harus terus tersenyum manis, walau pun sesungguhnya badai sedang berkecamuk di hati ini.


Takdir macam apa ini, jika ini memang takdir? Apakah bibirku sudah siap untuk selalu tersenyum, apakah hatiku sudah siap untuk menutupi hal yang seharusnya aku perlihatkan kepada semua orang? Haruskah?


Jika memang itu yang terbaik, akan ku lakukan. Tetapi jika hal itu untuk selamanya, sanggupkah?


Jika memang seorang noona, oppa, orang yang lebih tua... LEADER, harus berbuat begitu, bukankah itu yang dinamakan keegoisan? Leader memang harus rela berkorban untuk dongsaeng-nya, untuk orang yang dipimpinnya, untuk yang lebih muda. Tapi apakah leader harus selalu mengorbankan perasaannya untuk pretend to be alright, act as if nothing happen? Apakah leader harus selalu pura-pura tersenyum, dan selalu mengalah?

Jika memang itu takdirku (dan jawabannya adalah ya, itu adalah takdirmu) untuk menjadi seorang leader, apakah jalan yang harus ditempuh untuk menjadi seorang leader itu amat terjal, sehingga aku tak tahu perasaan apa yang sedang bermain di hatiku pada saat aku tersenyum palsu? Dan sekarang aku bertanya, apakah perasaan ini menyembunyikan keegoisanku? Keegoisan yang pernah mencemarkan masa lalu? Mengapa harus disembunyikan?


Ya... sebenarnya tak perlu kutanyakan lagi mengapa. Karena aku sudah tahu jawabannya dengan jelas. Tapi tak bolehkah sedikiiit saja kutampakkan perasaanku? Hanya sedikit. Aku hanya memohon - seperti orang bodoh - kepada hatiku sendiri.


Tidak... sedikit pun kau tak boleh menampakkannya. Ini untuk kebaikanmu. Jika ingin semuanya berjalan seperti biasa, kebahagiaan menyebar dimana-mana seperti biasa, kau harus menenggelamkan kemarahanmu, segala perasaan yang membanjiri hatimu. Segala kebenaran yang ingin kau ungkap pun, ahh maaf, sebaiknya jangan kau buka. Kau seorang leader Idzni, yang dituakan. Ingat itu.


Maka dengan susah payah aku menjalaninya. Menenggelamkan sampah itu, menyembunyikan perasaan cemas akan kebohongan, dan mengikat erat-erat bayangan kemarahan yang tak sanggup aku bawa setiap hari. Kutinggalkan itu semua di sudut kamarku, di dalam sebuah buku tulis biasa. Memasuki kamarku berarti menjadi diriku sendiri, hanya di tempat itulah aku adalah diriku – tanpa kebohongan.


Jika ini adalah perjalanan menjadi leader yang sesungguhnya, perjalanan menuju kedewasaan... aku menginginkan tangisan, tapi sial, dia tak mau keluar. Ini berat sekali. Sungguh berat. Tak bisakah kita bersama-sama saling membantu untuk melewati masa-masa ini? Saling memberi pengertian, melihat jauh ke lubuk hati untuk menilai seseorang. Agar tak hanya aku sendirian dengan perasaan yang tertindas.


Maaf... bukannya aku menginginkan dongsaeng-ku mengalami hal yang pahit yang sama denganku, onni-nya. Aku hanya menginginkan pengertiannya. Betapa sulitnya menjadi aku. Yang harus memelas, memohon kepada bagian dari diriku sendiri untuk secuil keegoisan.


Keegoisan. Ha ha... jika aku memang kejam (dan kau tak tahu kan kalau aku sebenarnya amat sangat kejam?) aku akan menamparmu dengan kata-kataku saat ini juga. Aku akan menuntut sebuah keadilan! Aku akan menghajarmu dengan kenyataan tentang dirimu. Aku akan menghabisimu dengan keyakinanku bahwa kaulah yang patut dipersalahkan. Karena KAU, kurang ajar terhadap leadermu ini. Jika aku kejam, aku akan berkata ”Berlututlah kau karena akulah leader, yang lebih tua.”


Tapi pikiran-pikiran jahat seperti itu sudah kuikat, kutenggelamkan, layaknya takdirku memberitahuku. Aku memilih untuk jadi pihak yang dipersalahkan, jadi pihak yang tertindas saja. Karena kedua pilihan yang dihadapkan kepadaku memberikan reaksi yang sama: semuanya akan menganggapku jahat, dan memandangku sebelah mata.


Apa ini? Mungkin begitulah pertanyaan yang muncul saat semuanya membaca ini. Aku tak mengerti.


Ya, aku membuatnya agar kau tak mengerti. Agar kau tak tahu. Walau ini ditujukan untukmu, kau tak kan pernah mengerti. Biar hanya aku yang tahu, karena... aku tak boleh menunjukan sedikit saja perasaanku pada siapa pun kan?


::::::::


Zzaaapp! Dengan segala perasaan campur aduk mengenai diriku yang menurut hukum alam dan hukum dunia perkelompokan korea adalah seorang leader, walau pun ruang lingkupnya amat sangat sempit, aku merasa aku bisa mengerti perasaan Leeteuk, leader dari Super Junior.


Dia ingin membuka semuanya tentang dirinya yang sesungguhnya, tentang Park Jung soo, bukan Leeteuk, tapi tak bisa. Dunia secara tidak langsung menginginkan dia untuk terus berakting. Dia merasa lelah tapi pretend to be alright, dengan senyuman, melakukan hal-hal yang dia benci (seperti bangun pagi misalnya). Yahh... postingan ini kesimpulan sepihak dari aku mengenai diriku dan Park Jung soo, tapi aku merasa senasib deh sama dia, sebagai leader. Dan hal ini, masalahku saat ini, konflik batin yang sedang menerjangku saat ini, menghasilkan rasa simpati yang mendalam kepada Leeteuk, yang membuatku semakin mencintainya! (Apaa dah)


Hahahahaaaa... (tertawa setelah sedih-sedih di atas jadi kaya orang yang punya dua kepribadian, tapi entahlah, I must be happy)


Noreul saranghae~ Leeteuk-ssi!

Hari Ulangan X-3

Hah kawan, hari ini melelahkan sekali. Yah, lumayan. Jadwal pelajaran hari ini adalah upacara, kimia, matematika, bahasa jepang, olahraga, seni budaya dan PLH. And you know what, tiga di antaranya adalah ulangan. Kimia, seni budaya sama PLH. Astaghfirullah... tapi gitu-gitu malemnya aku gak belajar apa-apa, abis dimarahin ibu jadinya gak bisa belajar deh, pusing nih kepala.

Pagi-paginya juga, behh... ayah belom pulang dari Belitung (enak banget jalan-jalan ke Belitung sendirian). Jadi aku paginya gak dianterin kaya biasa, naik ojek. Jadi (lagi) aku berangkatnya pagian deh... jam enam. (Ya udahlah ini gak penting banget yak)

Nyampe sekolah... kepala pusing ulangan persamaan reaksi. Ini lah itu lah, apa ya. Tapi hasilnya lumayan sih, perfect lah hasilnya. Abis itu dilanjutin sama... pelajaran apa ya... oh iya matematika. Asik! Komat-kamit sama Emi, Zahra n Tiara ngitungin pertidaksamaan.
"Ngg... satu kali min 2, min 2... ingetin tuh Ti!"
"Iyaiya..."
"Dua kali lima tambah tiga ngg... "
Yah begitulah pokoknya. Asiklah... walaupun agak capek. (Perasaan ini postingan flat amat ya)

Hmm... olahraga ga ada, jadi agak nyantai. Itu juga ga bisa dibilang nyantai sih. Soalnya abis itu ada ulangan seni budaya. Apa tuh, mayor... minor... akord... kres... interval... mol... cis... fis... yah begitulah. Padahal aku gak ngerti lo. Apaan tuh istilah-istilah lucu.

Ditambah lagi, ternyata gosip-gosip ada ulangan PLH benar! Aish... baca bukunya aja belom, bahkan nyolek itu buku aja beloman aku. Haaah... ya sudahlah... pasrah aja ya...

Ulangan seni budaya berakhir dengan selamat. Fuuhh... kreskreskres... CDEFGABC...

PLH! Pak Teguh masuk kelas. Biasa lah, dia mah ngelawak dulu. "Selamat datang di kelas PLH ceria," katanya. Apa coba Paak... Ada gambar apaa di papan tulis dibilang kurva penawaran dan permintaan. Dibilang belom belajar... dia bilang "Udahlah gapapa, ngerjain lima menit juga selesai." Apa lagi dah, banyak...

Tapi ternyata astaghfirullah... emang bener kata Pak Tegus. Tanpa nyolek bukunya pun kita pasti bisa ngejawabnya. Liat dah contoh soalnya...

1. Di rumah tugas kalian adalah sebagai anak. Sedangkan di sekolah peran kalian adalah sebagai...
A. Penjaga sekolah
B. Guru sekolah
C. PKL
D. Siswa

2. Pengertian polisi tidur adalah...
A. Polisi yang sedang tidur
B. Gundukan semen di tengah jalan
C. Gundukan semen di sisi kiri-kanan jalan
D. Polisi yang sedang tidur di jalanan

Yah pokoknya soalnya PKn SD banget laah... Aduh Pak Teguh, please dehhh... Makasih banget yak! :D

Dia dan Aku (?)


Dia yang bagaimanapun

Aku suka

Dia yang lebih suka menyendiri

Seakan pojokan adalah dunianya

Membuatku nyaman

Dia yang terlihat menyeramkan

Seakan kuat namun rapuh

Membuatku aman

Dia yang melucu

Bergerak aktif namun hatinya beku

Membuatku selalu bertanya

Akankah dunianya sebanding dengan duniaku?

Akankah yang terlihat menghangat dengan hatinya?

Akankah aku, sekali saja, mengetahui apa yang tidak mereka ketahui?

Dia yang menangis

Matanya memerah, dindingnya rapuh sudah

Tak akan aku lupakan begitu saja

Dia yang murung

Tak akan aku tinggalkan

Karena dia yang bagaimana pun

Aku tetap percaya


Alhamdulillah...

Satu kata itu yang mengungkapkan perasaan aku sekarang. Setelah sekian lama blog ini berdebu, bekas colekan aku aja kayanya ga ada, akhirnya blog ini dapet postingan baru lagi hahahaha...

Insya Allah aku bakal nerusin pejuangan bikin blog ini lagi, meng-improve daya tulis-menulis lagi. Uwaaa... doakan aku!


Doremifasolasido

Akhirnya, keinginan saya dari dulu buat ngoleksi film-film Korea dimulai juga. Sabtu kemaren saya beli DVD film Korea. Dan film pertama yang saya beli adalah… Doremifasolasido!

Di film ini banyak cowok-cowok ganteng. Ada Jang Geun Seok sebagai Shin Eun Gyu dan Jung Eui Chul sebagai Hee Won. Kalo Jang Geun Seok pasti udah pada tau lah ya. Secara dia maen di drama Hwang Ji Ni yang laris di pasaran dan udah pernah ditayangin di tivi kita juga. Tapi kalo Jung Eui Chul sapa yang tau hayo? *Saya tau, saya tau!* Emang si Eui Chul itu new comer, jadi belum seterkenal Geun Seok. Eui Chul itu maen di Boys Before Flower, jadi Lee Min Ha dan Ha Je si model jahat. Dan ternyata yang saya baru tau juga (karena saya juga baru ngefans sama oppa yang satu ini), Eui Chul maen di drama Rainbow Romance bareng sama Super Junior Heechul dan Kibum. (Hyahhahaha… ternyata video yang dari dulu saya punya, yang Heechul, Kibum dan satu orang yang kaku banget nari-nari dan selalu bikin saya ketawa itu Eui Chul!) Gimana? Udah tau kan? Sip. Saya lanjutin kalo begitu.

Harusnya yang saya kenalin perama itu Cha Ye-Ryeon ya, pemeran Jeong Woon. Dia kan inti cerita film ini hehehe. Oke lah, saya beli film ini emang karena ada Jung Eui Chul-nya, plus Jang Geun Seok sebagai bonus (saya ga terlalu kenal Jang Geun Seok soalnya, jadi saya sebut dia sebagai bonus). Tapi ternyata filmnya ga sekeren Jung Eui Chul…

Disini ceritanya seorang vokalis band Doremifasolasido yang bernama Eun Gyu jatuh cinta sama tetangga sebelah rumahnya, seorang cewek yang lincah dan berani bernama Jeong Woon. Sejalan dengan waktu, Jeong Woon juga suka sama Eun Gyu. Jadianlah mereka.

Di kemudian hari, Jeong Woon diajak Eun Gyu nemenin dia latihan buat sebuah lomba bareng sama bandnya, Doremifasolasido tadi. Ternyata, bassist-nya Doremifasolasido yang bernama Hee Won itu mantan pacarnya Jeong Woon yang sekarang berubah jadi musuhnya Jeong Woon. Bagaimana ceritanya Jeong Woon dan Hee Won bisa musuhan? *flash back mode on*
Ketika sedang berjalan-jalan ria, Jeong Woon ngeliat seorang bapak yang sama sekali tidak ia kenal menabrak seseorang di jalan. Ga bisa ngediemin kejadian itu begitu aja, Jeong Woon langsung ngebawa bapak itu ke kantor polisi. Polisi pun menghubungi keluarga dari bapak yang bersangkutan untuk datang ke kantor polisi. Lalu siapakah yang datang? Hee Won dan ibunya datang sambil nangis-nangis. Ternyata bapak itu adalah bapaknya Hee Won. Bapaknya Hee Won pun dijebloskan ke dalam penjara dan ibunya, yang sedih banget karena suaminya udah ga ada lagi di sampingnya, masuk rumah sakit jiwa alias jadi gila. *flash back mode off*
Semenjak kejadian itu, Hee Won jadi benci banget sama Jeong Woon sampai rasa sukanya ke Jeong Woon hilang gitu aja. Malah saking bencinya, dia nyuruh orang-orang buat mukulin Jeong Woon. ..Terlalu sadis caramuuu…

Di film ini banyak kejadian tak terduga yang aneh banget. Kayak Hee Won yang belakangan ketauan dia itu temen deketnya Eun Gyu, yang ngejadiin masalah ini tambah rumit. Kenapa jadi rumit? Karena si Hee Won, yang sering ngeliat Jeong Woon dan Eun Gyu jalan berdua, jadi jealous. Dan akhirnya dia nyadar kalo dia masih suka sama Jeong Woon dan ngajak Jeong Woon buat mulai lagi dari awal. Jeong Woon jadi bingung. Di satu sisi, dia suka banget sama Eun Gyu. Tapi di sisi lain dia ga bisa ngelupain masa lalunya yang udah bikin Hee Won kehilangan kedua orang tuanya dan kesepian. Jeong Woon ngerasa bersalah banget. Akan memilih siapa kah Jeong Woon pada akhirnya?

Kenapa di awal tulisan saya bilang kalo film ini ga sekeren tampang Jung Eui Chul? Ga bisa saya pungkiri memang acting para pemain di film ini memang bagus-bagus. Tapi ceritanya bikin saya pusing. Kayak adegan pas Jeong Woon dan Eun Gyu akhirnya memutuskan untuk pacaran. Saya bingung. Kayaknya mereka baru ketemu, terus gerak-gerik mereka ga menunjukan kalau ada benih-benih cinta di awal pertemuan mereka. Jadi bisa disimpulkan bahwa film ini kurang bisa ngebangun perasaan antara Jeong Woon dan Eun Gyu.

Yang kedua, ending film ini kurang seru. Terkesan asal jadi. Klimaksnya ga dapet gitu lah. Bagi penikmat film-film romantis yang menomorsatukan alur cerita yang terbangun dari awal dan manis, film ini memang agak mengecewakan. Tapi untuk sekedar cuci mata ngeliatin acting Jung Eui Chul, Jang Geun Seok dan Cha Ye-Ryeon yang keren, plus menikmati suaranya Jang Geun Seok yang mengisi soundtrack film ini, Doremifasolasido patut ditonton.

Unexpected Years in Unexpected 3: Part 2

Kelas 7A yang (awalnya) kalem dan tenang setiap kali berada di kelas (ya, setiap kali berada di kelas. Di luar kelas? Who knows) selalu dibanding-bandingkan dengan kelas 7B yang (awalnya) begajulan, ga bisa diatur, hobinya berantem dan ribut di kelas. Perkataan guru-guru yang selalu terngiang-ngiang di telinga anak-anak 7B adalah:
“Lihat dong, teman-teman kalian di kelas 7A! Contoh itu!”
“Kalian ini beda banget sama kelas 7A ya…”
“Sekali-sekali diam dong kaya kelas sebelah!”
Kalau di kelas 7A sih, guru-guru no comment. Paling mencak-mencak di depan kelas karena bau ikan mati yang menyelubungi seantero kelas, tepung terigu yang menyelimuti seluruh permukaan lantai + ulat-ulat kecil yang menyertainya, air yang membanjiri kelas… Yah begitu. (Terus terang saya adalah penghuni 7A yang bangga akan kelasnya, tapi saya mencoba untuk adil dengan tidak terlalu membangga-banggakan kelas saya hehehe)

Lama kelamaan timbul nuansa persaingan yang kental di antara penghuni 7A dan 7B (termasuk jin-jin di dalamnya mungkin?). Walau pun ada beberapa orang yang berteman dekat dengan dengan teman di lain kelas, jika sudah menyangkut masalah kelas, wah. Hubungan pertemanan itu bisa langsung putus seketika, dan nyambung lagi setelah masalah antar kelas itu kelar. Satu hal yang saya heran, kenapa hal-hal kecil dan sepele yang selalu membuat kami bertengkar hebat? Sepertinya kalau ditanya begitu, saya langsung teringat beberapa kejadian dan saya langsung bisa menyimpulkan siapakah dalang dibalik semua ini.

Gama Rizki Aldrian, Rendi Oktri, Baihaqi Adam dan Rohman Al-Halim. Kuartet yang di kemudian hari akan membentuk suatu band ini (minus Rohman) sewaktu kelas 7 mempunyai tampang yang innocent abis…
Daan.. sepertinya mulut mereka juga menganut paham innocent. Setiap hal yang mereka rasa janggal, aneh, luar biasa freak, ga wajar, dan jelek langsung dikomentari saat itu juga, di tempat itu juga, tanpa tedeng aling.

Sepertinya mereka baru kali itu melihat berbagai macam variasi bentuk dan ukuran manusia normal. Jadi mereka bisa dibilang norak gitulah. Dan mereka mengekspresikan kenorakan mereka itu dengan cara yang norak pula, yaitu dengan mengatai hal yang mereka anggap janggal tadi. Ga ngerti? Begini nih contohnya:
“Hooi.. dasar hidung!”
“Hyahyahyahya… si dia kayak sandal tengkurep tuh!”
Nah. Begitu. Ga cuma anak-anak di kelas 7B aja yang mereka komentari (mereka berempat itu penghuni kelas 7B), anak-anak di kelas 7A juga ikut dalam daftar keusilan mereka. Dan anggota kelas kami, Nita, yang paling sering mendapatkan panah-panah asmara ejekan setiap kali bertemu si kuartet innocent itu. Kami sih, menikmati itu sebagai lelucon. Tapi terkadang kuartet itu kelewat batas, dan kemarahan kami hanya disimpan di hati saja. Kemarahan yang sering membuat kami adu mulut tanpa sebab.

Sering sekali 7A-7B mengalami gesekan-gesekan kecil yang lama-lama berubah menjadi percikan api. Dan percikan api itu menyulut kebakaran besar pada saat acara Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Kuis Siapa Berani versi NR. Ada yang sudah lupa? Mari kita flash back…

Kuis Siapa Berani versi NR

Kuis ini diikuti oleh setiap kelas di NR, kecuali kelas 9 angkatan pertama saat itu. Jadi total pesertanya ada 4 kelas, kelas 7A, 7B, 8A dan 8B. Seperti Kuis Siapa Berani yang ada di tivi kita semua tiap jam setengah 8 pagi (wah, ga ada niat promosi saya), kuis ini diawali dengan yel-yel dari tiap kelompok, lalu dilanjutkan dengan kuis-kuis yang menuntut kejelian dan keberuntungan pastinya. Tahu seperti itu, kelompok saya, kelas 7A dengan Bu Riana sebagai wali kelasnya, langsung mencoba membuat yel-yel dan mencari ide tentang kostum apa yang akan kami pakai. Karena kelas kami kelas yang ga modal, jadi kami memutuskan untuk memakai seragam Taekwondo sebagai kostum kelompok kami pada acara itu. Tapi rasanya hanya memakai seragam Taekwondo saja tidak cukup ya. Setuju kan? Kerudung putih, baju putih, celana putih. Ah putih semua! Simpel amat rasanya. Jadi entah siapa yang mengusulkan, kami menambahkan aksesoris lain pada wajah kami, coret-coretan khas militer dengan menggunakan lipstick merah. Okay, fix!

Sekarang tinggal yel-yelnya. Hm. Kami agak bingung tentang yang satu ini. Tadinya kami ingin memakai lagu “Mujahid Muda” sebagai soundtrack kelompok kami. Tapi tak semua penghuni kelas kami tahu lagu ini. Ga jadi deh. Sampai hari terakhir kami masih belum mendapatkan soundtrack yang pas untuk kelompok “Pejuang Gokil” kami. Sampai akhirnya kami mendapatkan soundtracknya! (Awalnya saya lupa sama sekali soundtracknya, padahal seingat saya, saya lah yang menciptakan yel-yel itu. Tapi dengan bantuan AleAle, saya ingat kembali. Hehehe.. payahnya ingatan saya)

“Siapa yang punya klas 7A
Klas 7A siapa yang punya
Siapa yang punya klas 7A
Yang punya kita semua…
Ingat ingat kelas 7A
Jangn lupa anak-anaknya
Aku cinta kelas 7A
Hanya kelas 7A…”

Kami menyanyikan lagu itu dengan semangat. Tapi bernyanyi saja sepertinya kurang. Anak laki-laki di kelas kami pun mengambil gallon air yang kosong di pojok kelas untuk dialihfungsikan sebagai gendang. Masih ada yang kurang ya rasanya? Hm. Gendangnya kurang meriah. Akhirnya kami mencari kaleng. Aha! Di depan kelas kami ada kaleng biscuit kosong. Ambil ahh…

Keesokan harinya, kami pun dengan santai bernyanyi-nyanyi ria di dalam kelas. Meriah sekali. Apalagi dandanan kami, pipi yang dicoreng-moreng dengan lipstick merah punya Bu Riana. Kami pun merasa menang telak ketika tau bahwa kelas 7B belum menyiapkan apa pun untuk acara ini. Hahaha… mereka belum punya kostum, tapi kami punya. Hahahaha… (aduh.. maaf ya. Bukannya saya tidak adil dalam menulis, tapi.. ini memang kenyataannya. Tapi nanti anak kelas 7B akan saya banggakan juga kok.. Jadi ga enak nih hehehe..)


Ya. Rekan-rekan saya yang tercinta di kelas 7B belum ada konsep apa pun. Kostum, mereka lebih ga modal daripada kami ternyata. Itu cukup membuat kami tinggi hati. Acara pun segera dimulai. Kami semua turun ke lapangan di depan Mushala. Sudah ada kelompok 8A dan 8B yang menunggu kami, lengkap dengan kostum yang menarik, jauh lebih modal daripada kami. Kelompok 8A memakai kostum “Devil and Angel”. Para laki-lakinya memakai kostum kuburan (bukan kostumnya Kuburan Band lo, dua tahun lalu belum ada itu ‘Ce A Minor De Minor ke Ge ke Ce lagi..’). Ada yang jadi pocong, ada yang pakaiannya robek sana-sini, muka mereka dihias dengan coretan warna hitam, persis hantu. Nah yang perempuannya berbeda 180° dengan yang laki-lakinya. Mereka memakai kostum angel, bidadari begitu. Dengan bulu-bulu bundar di atas kepala mereka dan pakaian yang lucu-lucu, mereka adalah angel dari 8A!

Kelompok 8B lebih terkonsep lagi. Tema kostum mereka adalah “Childish”. Semuanya memakai baju tidur khas anak kecil. Banyak boneka, dot, topi-topi lucu, wah imut deh. Apalagi Kak Jundi. Topinya itu loh.. Lucu banget! Yah ga heran kalo mereka sekreatif itu, wali kelasnya Bu Novi sih.

Acara dibuka oleh MC yang saya lupa siapa MC-nya. Yang jelas MC-nya itu dari angkatan pertama yang cuma sembilan orang. Ga pake panjang lebar langsung ke acara nyanyi-nyanyi, alias yel-yel kelompok. Yang pertama kelompok kami. Yah, dengan pedenya kami nyanyi lagu “Siapa” (judul yang saya bikin sendiri, ga tau judul aslinya apa.) dengan diiringi bunyi gendang dari gallon dan kaleng temuan itu. Saat sedang bernyanyi, saya sempat melirik ke kubu 7B yang berada di seberang sana. Mereka kelihatannya sedang membicarakan sesuatu. Berbisik-bisik. Dan pandangan mata mereka menuju pada satu titik… Anak cowok yang sedang menabuh kaleng biscuit temuan. Saat saya lihat cowok itu (saya lupa siapa cowoknya), ah ga keren kok. Gayanya biasa aja. Mukanya juga… Yah gitu deh. Masa sih anak-anak 7B ngefans sama cowok itu? Saya lirik mereka, sebentar focus ke nyanyian, sebentar lirik lagi ke cowok itu. Saya juga ga naksir cowok itu kok. Hmm.. jangan-jangan saya salah lihat. Lalu saya lirik lagi rekan-rekan 7B. Sekilas saya menangkap ucapan mereka: Kaleng.

Flash Back: Unexpected Years in Unexpected 3

17 Juli 2006, hari pertama aku melangkahkan kaki ke Nururrahman, sekolah lanjutanku setelah SD, walau sedikit terpaksa tapi aku mencium hawa yang tak pernah aku rasakan sebelumnya. Sejuk, nyaman, bahagia. Ya, aku menyadari betapa beruntungnya aku memasuki gerbang sekolah IT ini.

Aku bergabung dengan kelompok Melati, kelompok MOS angkatan 3, perkumpulan pertamaku di sekolah ini. Setiap hari air mataku tumpah karenanya, air mata bahagia tentunya, air mata tawa. Aku selalu mengeluarkan air mata ketika sedang bersenda gurau bersama teman-teman sekelompokku, Hajar Mufidah, Khansa Mahdiyah, Mantik Sari, Atikah Fatin, Putri Munziar, Fatimah, Hafidzah Khalisah dan Adzhani Masturina. Kelompokku terheboh, penuh tawa dan canda setiap waktu.

Setelah masa orientasi siswa selesai, aku ditentukan masuk ke kelas penuh keajaiban, kelas 7A. Pada awalnya kelasku menjadi kelas terdisiplin, tersepi dan tidak pernah mendapat masalah. Tetapi ada saja hal-hal menarik di dalamnya. Ada banyak orang-orang aneh yang baru pertama kali aku temui. Aku baru mengetahui disana kalau anak laki-laki itu makhluk teriseng di muka bumi ini. Kerjaannya mengutak-atik semuanya, mulai dari telur sampai ikan. Dan hal itu jorok sekali.

Ada Habib, Mahaprana dan Fahmizar, trio iseng di kelas. Suatu kali guru Biologi kami, Bu Erni, menugaskan kelas kami untuk mengamati pertumbuhan ikan-ikan dalam kondisi yang berbeda. Ada ikan yang diberi makan, ada juga yang tidak. Inti masalahnya bukan disitu. Tapi setelah percobaan itu ikan-ikan kami diletakkan begitu saja di belakang kelas, di dalam toples tentu saja. Tanpa kami –anak perempuan- sadari, otak iseng laki-laki mulai bekerja. Kaki-kaki mereka melangkah ke arah papan display, tangan-tangan panjang mereka dimasukan ke dalam toples ikan. Dan ha! Hari berikutnya kami baru tahu kalau ikan-ikan itu pusing, diobok-obok oleh anak laki-laki, terutama oleh Trio Iseng.

Awalnya kami enjoy saja, toh bukan ikan anak perempuan yang diobok-obok. Tapi lama-kelamaan tangan mereka mulai menjamah ikan kesayangan kami, ikan cupang yang cantik. Kami mulai bertindak. Ikan-ikan yang cantik itu kami selamatkan, kami taruh di pojok kelas dekat sarang kami, barisan anak perempuan. Tapi memang dasar anak laki-laki, ketika piket mereka masih saja nakal, mengobok-obok toples ikan kami, memasukkan segala sesuatu ke dalam toples itu. Walhasil, kelas kami menjadi bau amis. Ikan-ikan itu mati lemas dan pusing. Bu Erni mencak-mencak di depan kelas mengetahui ulah anak laki-laki, terutama Trio Iseng, lebih utama lagi Habib. Ia semangat sekali mengaduk-aduk toples air butek yang bau itu, memasukan benda-benda di dekatnya ke toples. Dan akhirnya sampai sekarang, kami menjulukinya ”Ikan”.

Ada lagi kejadian yang lain. Seingatku, penyebab salah satu anggota Trio Iseng Fahmizar mendapat julukan ”Belalang” adalah karena lagi-lagi ketika jam Biologi ia semangat sekali mempermainkan belalang yang didapatnya di halaman sekolah. Ketika itu Bu Erni menyuruh kami mengamati ekosistem di sepetak tanah yang kami pagari dengan tali rapia. Dan di setiap ekosistem kecil itu terdapat belalang, begitu juga dengan ekosistem kelompoknya Fahmizar. Memang jahil, belalang yang ada ditangkap dan dimain-mainkan di kelas oleh Fahmizar dan kawan-kawan. Hhh...

Masih ada lagi. Jangan bosan ya membacanya. Hmm... kali ini agak berbeda. Ketika jam Keterampilan bersama Bu Novi hari Sabtu itu dimulai, kami diarahkan untuk menuju ke kantin. Kami ditugaskan membawa telur, garam, abu gosok dan ampelas untuk membuat telur asin. Tapi memang dasar! Hanya segelintir anak laki-laki yang membawa peralatan itu. Sisanya? Nihil. Paling-paling mereka hanya membawa telurnya saja atau abu gosoknya saja. Inisiatif untuk meminjam? Ya nihil juga.

Tapi tidak hanya orang-orang aneh saja yang ada di kelas 7A. Ada Rafiar Dzikri, si gesit, tapi kayaknya ga irit. Laki-laki yang satu ini kecil-kecil cabe rawit. Boleh saja dia sakit-sakitan, tapi dalam hal berlari, dia nomor satu. Dia selalu menjadi ”Pangeran Lapangan” ketika bertanding main bola.

Zikri dan Randian, adalah dua makhluk yang sangat kontras. Zikri berbadan kecil dan pendek, sedangkan Randian tinggi dan kekar hehe. Setiap hari mereka seperti kucing dan anjing, Tom dan Jerry. Kejar-kejaran melulu. Tapi anehnya, dalam setiap pertengkaran dan perkelahian mereka, Randian selalu terpojokan. Dia tidak egois. Mungkin karena mengetahui kalau Zikri punya penyakit yang cukup ”wah”, Randian jadi ngalah. Ugh... so sweet ...

Tapi kisah sweet itu tak berlangsung lama. Zikri memutuskan pindah sekolah karena tidak kuat sekolah fullday. Jadilah... tak ada lagi si cempreng yang lucu itu.

Hmm... kelas terus berlanjut dengan beragam peristiwa menarik tiap harinya. Yang pasti ada banyak tawa di 7A. Tapi terkadang ada juga konflik yang mewarnai kelas penuh angin ini. Mulai dari Suci dan Adzhani yang "putus-nyambung", kadang akrab kadang penuh emosi marah, sampai perang mulut antara murid perempuan dan laki-laki karena murid laki-laki banyak yang rese. Yah, tapi konflik di dalam kelas itu tidak pernah berlangsung lama. Karena ada konflik yang lebih besar lagi, yang di dalam konflik ini dituntut kerjasama antar murid 7A, yaitu... konflik eksternal: 7A vs 7B.

Followers

Bonheur


Welcome!

Annyonghaseyo~! Idzni disini. Ehm... ehehehe... just life up your live with laughing! Ahahahaha...Kpop Clock